Brigjen Purn. dr. Ismi Purnawan Terima PJS Award 2025: Wartawan adalah Pancaindra Demokrasi
Jakarta, Growmedia,indo,com–
Sosok Brigadir Jenderal TNI Purnawirawan dr. Ismi Purnawan kembali mencuri perhatian publik. Kali ini, bukan karena jasanya di dunia militer atau medis, melainkan karena komitmennya dalam mendukung kebebasan pers dan profesi jurnalis. Kamis (15/5/2025).
Pada malam puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-3 Pro JurnalisMedia Siber (PJS), Selasa malam (13/5/2025), dr. Ismi dianugerahi PJS Award 2025 sebagai tokoh masyarakat Bangka Belitung yang dinilai memiliki perhatian besar terhadap kemerdekaan pers.
Acara yang digelar di Best Western Hotel & Convention Kemayoran, Jakarta itu menjadi ajang penghargaan bagi tokoh-tokoh nasional yang dinilai konsisten mendukung jurnalisme profesional.
Dalam sambutannya, dr. Ismi menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas penghargaan yang diterimanya. Ia menegaskan bahwa pers memiliki peran vital dalam menjaga objektivitas dan transparansi informasi di tengah derasnya arus digital dan politik.
"Alhamdulillah, pada malam hari ini saya mendapatkan anugerah yang luar biasa. Saya sendiri tidak tahu bagaimana penilaian dilakukan hingga saya bisa berada di sini menerima penghargaan ini. Tapi yang pasti, saya sangat menghargai profesi wartawan," ujar dr. Ismi di hadapan hadirin.
Bagi dr. Ismi, dunia jurnalistik bukanlah sesuatu yang asing. Semasa muda, ketika masih menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, ia sudah aktif dalam kegiatan jurnalistik.
Bahkan, ia tercatat sebagai salah satu perintis berdirinya Tabloid FK Unsri dan pernah menjabat sebagai Pimpinan Redaksinya. Pengalaman itu membuatnya memiliki pemahaman mendalam akan tantangan dan tanggung jawab para jurnalis.
"Saya tahu betul bagaimana sulitnya mencari, mengolah, dan menyampaikan informasi. Wartawan itu seperti lima pancaindra. Mereka adalah mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap, dan kulit untuk merasakan. Maka dari itu, mereka sangat penting dalam sistem sosial dan pemerintahan kita," paparnya.
Dalam kesempatan itu, dr. Ismi juga menyampaikan pesan moral kepada para tokoh dan pejabat publik agar tidak memandang jurnalis sebagai ancaman, melainkan mitra dalam membangun pemerintahan yang bersih dan transparan.
Bahkan, ia menyatakan apabila dirinya dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Wali Kota, wartawan akan menjadi elemen strategis dalam sistem kontrol dan pengawasan pemerintahannya.
"Saya butuh wartawan sebagai mata, telinga, dan juga lidah saya. Jangan ada dusta di antara kita. Tanpa wartawan, bagaimana saya bisa tahu kondisi lapangan secara objektif? Pemerintahan itu tidak bisa dijalankan hanya dengan laporan yang manis di atas kertas. Maka saya ingin melekatkan jurnalis sebagai mitra yang kritis dan profesional," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyentil pandangan miring yang terkadang dilontarkan kepada insan pers, terutama ketika muncul anggapan bahwa berita bisa dibeli.
Ia menolak pandangan tersebut dan menyebut bahwa jurnalis sejati adalah mereka yang menjunjung tinggi integritas serta kode etik profesi.
"Wartawan itu profesional, sama seperti dokter. Mereka harus melalui uji kompetensi. Kalau tidak lulus, ya tidak layak menjalankan profesinya. Sama seperti saya sebagai dokter. Jika saya tidak lulus uji kompetensi, saya tidak bisa praktik dan dianggap ilegal," jelasnya.
Ia pun menutup sambutannya dengan sebuah ajakan agar masyarakat lebih menghargai kerja jurnalis dan menjadikan pers sebagai sahabat, bukan musuh.
"Hidup wartawan! Jangan takut pada wartawan, justru kita perlu berteman dengan mereka. Karena berita yang paling jujur dan objektif datang dari wartawan yang bekerja secara profesional. Saya percaya, rezeki mereka sudah diatur, dan apa yang mereka tulis adalah amanah yang akan mereka pertanggungjawabkan," pungkasnya.
Malam penghargaan PJS Award 2025 itu menjadi momentum penting tidak hanya bagi dr. Ismi Purnawan, tetapi juga bagi dunia pers tanah air.
Di tengah gempuran disinformasi, masih ada tokoh-tokoh bangsa yang berdiri tegak di belakang kebebasan pers—salah satunya adalah tokoh Bangka Belitung yang satu ini. (KBO Babel)
Posting Komentar