Mahasiswa dan Akademisi: Penggerak Dialog Damai antara Penambang dan Mayarakat di Pesisir Pantai Bangka
![]() |
Penulis : Edis Anggrea Noveri (Mahasiswi PGSD UNMUH BABEL) |
Pangkalpinang,Growmedia,indo,com-
Sebagai mahasiswa yang peduli terhadap keberlanjutan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat pesisir, dan saya sendiri Edis Anggrea Noveri berasal dari Desa Puput Dusun Bukit Lintang Kecamatan Parittiga, saya adalah salah satu seorang anak nelayan yang melaut dan menangkap ikan di salah satu pantai yang ada di Kecamatan Parittiga tepatnya di Pantai dusun Jebu. saya melihat konflik yang terjadi antara aktivitas penambangan timah dengan masyarakat nelayan, petani, dan pelaku pariwisata di wilayah pesisir seperti pantai tanjung berikat yang masih hangat jadi perbincangan akhir-akhir ini. bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga masalah sosial yang kompleks. Dan bukan hanya di Pantai tanjung berikat saja, namun di Pantai Jebu Desa Kelabat Kecamatan Parittiga, Pantai Penganak Desa Air Gantang Kecamatan Parittiga, Pantai bakit di kecamatan Parittiga juga banyak aktivitas tambang bebas di Pantai-pantai dan mengakibatkan rusaknya Pantai. Konflik ini berakar pada tumpang tindih kepentingan dan kurangnya komunikasi antar pihak, yang menyebabkan ketidakpercayaan dan potensi kerusakan lingkungan serta sosial yang serius.
Aktivitas tambang timah, baik yang dilakukan oleh PT Timah maupun masyarakat penambang, memang memiliki peranan penting dalam perekonomian daerah. Namun, ketika aktivitas tersebut dilakukan tanpa memperhatikan zona tangkap ikan nelayan, kawasan pantai, serta lahan pertanian dan perkebunan, dampak negatifnya langsung dirasakan oleh masyarakat yang bergantung pada sektor tersebut. Contohnya, nelayan di Dusun Jebu Desa Kelabat Kecamatan Parittiga sudah merasakan penurunan hasil tangkapan ikan dan harus melaut semakin jauh, yang tentu meningkatkan biaya operasional dan risiko keselamatan mereka.
Melihat kondisi ini, saya percaya bahwa mahasiswa dan akademisi memiliki peran strategis sebagai penengah yang netral dan berwawasan ilmiah untuk menginisiasi dialog damai antara penambang dan komunitas pesisir. Lalu bagaimana solusi sebagai mahasiswa dan akademisi yang dapat kita tawarkan?
Dalam konteks pemanfaatan potensi sumber daya alam timah di wilayah pesisir seperti Bangka Barat, peran mahasiswa dan akademisi sangat krusial sebagai penggerak dialog damai antara penambang dan komunitas pesisir. Salah satu langkah awal yang penting adalah membangun forum dialog terbuka dan berkelanjutan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari nelayan, penambang, pelaku pariwisata, petani, pemerintah daerah, hingga perusahaan tambang. Forum ini harus menjadi ruang yang aman dan transparan untuk menyampaikan keluhan, aspirasi, dan informasi secara terbuka. Dengan adanya dialog yang berkelanjutan, potensi miskomunikasi dan ketidakpercayaan dapat diminimalisir sehingga solusi bersama dapat dirumuskan berdasarkan kebutuhan nyata semua pihak.
Selanjutnya, pemetaan dan zonasi partisipatif menjadi solusi strategis untuk menghindari tumpang tindih kepentingan dan konflik wilayah. Melalui kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, batas wilayah yang jelas dapat ditentukan antara zona penangkapan ikan, kawasan pertanian dan perkebunan, kawasan pariwisata, serta zona tambang yang diperbolehkan. Zonasi ini harus mengacu pada prinsip keberlanjutan dan perlindungan hak-hak masyarakat lokal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2020-2040. Dengan zonasi yang jelas, aktivitas tambang tidak akan mengganggu wilayah tangkap nelayan maupun kawasan produktif lainnya. sehingga konflik dapat dicegah sejak awal.
Transparansi dan sosialisasi izin tambang juga menjadi kunci penting dalam mengurangi ketegangan. Mahasiswa dapat mendorong pemerintah dan perusahaan untuk membuka akses informasi terkait izin tambang secara transparan kepada masyarakat. Sosialisasi yang menyeluruh dan partisipatif harus dilakukan sebelum aktivitas tambang dimulai agar masyarakat memahami legalitas dan dampak yang mungkin terjadi, sekaligus memberikan ruang bagi masyarakat untuk memberikan masukan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan masyarakat, tetapi juga mendorong akuntabilitas pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik.
Selain itu, pendidikan dan pelatihan lingkungan serta diversifikasi ekonomi perlu diinisiasi oleh mahasiswa sebagai bagian dari pengabdian masyarakat. Program edukasi lingkungan bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam, sementara pelatihan keterampilan membuka peluang usaha alternatif seperti pengembangan ekowisata, budidaya perikanan berkelanjutan, atau pengolahan hasil pertanian dan perkebunan. Dengan demikian, ketergantungan ekonomi pada tambang dapat dikurangi, dan masyarakat memiliki sumber penghidupan yang lebih beragam dan stabil. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pengawasan bersama yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan perusahaan juga sangat penting untuk memantau aktivitas tambang dan dampaknya secara berkala. Mahasiswa dan akademisi dapat membantu membentuk kelompok pengawas ini dan mendorong penggunaan teknologi penambangan yang ramah lingkungan. Teknologi tersebut dapat mengurangi kerusakan ekosistem laut dan darat, sehingga keberlanjutan sumber daya alam tetap terjaga. Pendekatan pengawasan partisipatif ini memperkuat kontrol sosial dan transparansi dalam pengelolaan tambang.
Terakhir, apabila konflik sudah terjadi, pendekatan keadilan restoratif menjadi solusi efektif yang dapat difasilitasi oleh mahasiswa. Pendekatan ini menekankan pemulihan hubungan sosial dan lingkungan melalui dialog, pengakuan kesalahan, dan komitmen bersama untuk memperbaiki keadaan, bukan sekadar penegakan hukum yang represif. Dengan demikian, kedua belah pihak merasa dihormati dan terlibat dalam solusi yang berkeadilan, memperkuat kohesi sosial dan mencegah konflik berulang.
Secara keseluruhan, rangkaian solusi ini menegaskan peran strategis mahasiswa dan akademisi sebagai mediator yang mengedepankan partisipasi, transparansi, dan keberlanjutan. Dengan pendekatan ini, potensi sumber daya timah dapat dimanfaatkan secara bijaksana tanpa mengorbankan hak dan kesejahteraan nelayan, petani, dan pelaku pariwisata di pesisir Bangka Barat. Sebagai mahasiswa, saya siap menjadi jembatan komunikasi yang objektif dan berbasis data ilmiah demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Konflik berkepanjangan hanya merugikan semua pihak dan menghambat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, mari kita bangun sinergi dan dialog damai sebagai fondasi masa depan harmonis dan sejahtera bagi seluruh masyarakat pesisir dan pengelola sumber daya alam di daerah ini. saya optimis solusi yang adil dan berkelanjutan dapat tercapai demi menjaga kesejahteraan dan keberlangsungan usaha tambang timah yang bertanggung jawab.
Posting Komentar