Meraba Makna PATUJOLOHON MADINA Oleh Dr M Daud Batubara

Dr.M.Daud Batubara

Mandailing Natal, Growmedia-indo.com - PATUJOLOHON MADINA dua suku kata yang semakin gencar populerkan dengan baik oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai relawan seorang kandidat calon kepala daerah di Kabupaten Mandailing Natal (Madina).


Kata ini diracik oleh Ivan Iskandar Batubara, seorang pengusaha yang berpengalaman menangani organisasi berpengaruh setingkat Kadin di Sumut dan terbiasa berkoordinasi dengan pemerintah. 


Pengalamannya yang cukup luas sampai keluar negeri karena tugasnya di Kadin Sumut dan kecintaanya pada tanah leluhur Mandailing, meyakinkannya mampu membawa Madina sebagai Tanah Adat yang dengan sekian banyak onggokan potensi yang bila diurus dengan alasan yang tepat, cara yang tepat, dan tujuan yang benar, akan mampu membawa rakyatnya menjadi insan-insan terpandang, setidaknya diantara kabupaten/kota di Sumatera Utara. 


Konsep yang nampak kecil ini, yakni “PATUJOLOHON MADINA” oleh banyak orang telah mampu menjadi pertanyaan yang rasanya harus cepat mendapat jawaban dari Mr. Patuan Parimpunan Gomgom Mandailing (Mr.PPGM).


Hal ini menarik karena konsep ini benar-benar asli dari Bahasa Mandailing, secara umum mengandung makna yang baik yakni “Mengedepankan Madailing”.


Pengedepanan ke-Mandailing-an inilah kemudian yang banyak pihak telah mencoba meraba arah, maksud, tujuan dan makna dengan tafsirannya masing-masing. Hal ini sepertinya sejalur dengan yang sejak awal sering beliau sebut-sebut mirip slogan harian yakni “Jangan ganggu aku dengan kemandailinganku”, yang memberi gambaran kebanggaan dan kecintaan akan keberadaan Mandailing secara utuh.


Sebelum penjelasan dari Mr. PPGM, secara langsung terperoleh olah rakyat Madina, mungkin boleh diraba-raba konsep “PATUJOLOHON MADINA” yang setidaknya diharapkan dapat memberi arah konsep dan juga semoga menjadi bagian masukan bagi beliau menata konsep ini dengan lebih baik, sehingga aplikatif untuk dilakukan semua pihak di Madina. 


Beranjak pada visi awal Pemkab Madina saat lahir dibidani sang sepuh H, Amru Helmi Daulay, SH., menyebut harapan dalam visi yakni; “Madina 5 tahun pertama Sejajar,  10 tahun Terbaik dan 15 Tahun Unggul dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Sumatera Utara. 


Lalu “PATUJOLOHON MADINA” (Mengedepankan Madina), tentu dapat ditafsirkan pada harap yang sama dengan sang sepuh pada tahun ke lima belas yang ternyata sampai hari ini oleh para penerusnya belum mewujudkannya untuk rakyat dalam artian unggul secara positif. 


Konsep “PATUJOLOHON MADINA” (Mengedepankan Madina), dari kosa kata dapat diartikan sebagai proses yang berusaha untuk menjadikan Madina sebagai daerah yang terdepan (unggul) dalam berbagai hal baik, dibanding dengan daerah setingkat lainnya, dan hal ini tentu sejalan dengan harapan sepuh kita H. Amru Daulay terhadap Madina.


Sisi lainnya “PATUJOLOHON MADINA” (Mengedepankan Madina), dapat pula ditafsirkan sebagai kondisi Mr. PPGM, dalam tata laku hidupnya yang akan selalu menjadikan urusan Madina sebagai prioritas utama dibanding urusan lainnya.


Atau mungkin juga “PATUJOLOHON MADINA” (Mengedepankan Madina), dalam benak Mr. PPGM, sebagai konsep yang menggabungkan keduanya yakni selalu menjadi Madina sebagai urusan prioritas dirinya hingga harus menjadi terbaik bahkan menjadi Kabupaten Unggul yang terdepan di tingkat provinsi atau tingkat regional bahkan mungkin saja di tingkat negara.


Hal yang jelas sering terlihat dilakukan Mr. PPGM, dilapangan dalam menata hidupnya adalah sifat menghargai pada setiap orang (rendah hati) yang sering diistilahkan dalam tata pergaulannya ‘tanpa sekat’. Semakin indah pula ketika beliau memanggil orang-orang di Madina sebagai KOUM, mengisyaratkan betapa orang-orang yang bertemu dengannya dianggap sebagai saudara dengan cara kekerabatan khas kecintaan Mandailing yakni KOUM (saudara/keluarga).


Sambil menunggu penjelasan lugas dan deteil dari Mr. PPGM, beserta program-program ampuhnya dalam menata ‘Standar Baru Kemajuan Daerah’, semoga penafsiran harfiah ini dapat memberi gambaran kepada rakyat betapa konsep “PATUJOLOHON MADINA”, memiliki makna yang tangguh dengan artistik khas Adat Madina yang pantas mejadi perhatian dan disimak banyak kalangan. 


Diyakini banyak kalangan menunggu wujud nyata dari konsep “PATUJOLOHON MADINA” yang aplikatif. Malah boleh jadi, konsep ini merupakan sebuah petuah dari leluhur (orangtua) dari Patuan yang harus diemban sebagai tanggungjawabnya.


Bila dilihat dari sisi kemapanan ekonomi, tak ayal lagi bahwa rasanya beliau ini sudah lebih dari cukup, yang bak kata Abraham Maslow dalam teori tingkat kebutuhan Patuan ini sudah pada level tertinggi yakni Tingkat Aktualisasi Diri (kebutuhan untuk dihargai karena keberadaan diri yang sangat bahagia bila bermanfaat untuk orang lain tanpa pamrih).  

 

Sisi lainnya yang sering ditonjolkan adalah kebersamaan, dimana mengajak orang lain untuk berjalan bergandeng menujuk Madina dengan Rakyat yang Terdepan. Bukan ingin berdiri terdepan di antara orang lain. Tentu konsep ini merupakan pendekatan pemberdayaan. Patuan menginginkan orang bergerak melangkah bersama sejajar dengan dirinya disampingnya untuk meraih berkah dengan cara memberi kepercayaan dan semangat serta peluang bagi setiap orang sesuai dengan keahlian.


Konsep ini yang sering disebut dengan “Tampal Marsipagodangan” (Bergandengan/ berderet sejajar ke samping Saling Membesarkan), “Udut Marsipaginjangan” (Berderet jenjang ke atas saling meninggikan), jadi tidak boleh duduk sejajar ke samping menyikut, juga harus pula menghindari saat berjenjang ke atas saling memijak.  


Sebagai Patuan, Ivan Iskandar yang paham dan mampu membawa sifatnya sebagai Partalaga na ias,  diyakini dengan hatinya yang jernih akan mampu membawa kebahagian dan kesejukan dalam sendi-sendi kehidupan yang makmur dan sejahtera dari rakyat Madina ke depan, dalam konsep “PATUJOLOHON MADINA”.

Ayo! Baca Juga
Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler

Iklan


Iklan



نموذج الاتصال