Gelaran Upacara Bendera di Rivercare Cokro 18.
KLATEN-growmedia-indo.com
Siang tadi, halaman River Care Cokro 18 berubah menjadi panggung kebanggaan. Warga dari Cokro Kembang RT 18 Daleman yang datang berkumpul sejak pagi, membentuk barisan rapi. Anak-anak berlari riang sambil menenteng bendera kecil. Para orang tua dengan tenang memilih tempat terbaik. Nuansa semarak menyelimuti pusat wahana river tubing terpanjang di aliran Sungai Pusur tersebut (17/08/2025).
Mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek berbatik, semua hadir dengan antusias. Pelajar tampak mengenakan seragam biru putih dan abu putih, serta berbaris berdampingan dengan remaja yang berpose gagah. Ibu-ibu rumah tangga menata kursi sambil saling bercakap. Para bapak datang dengan topi koboi atau peci, memancarkan semangat persatuan.
Bertindak sebagai pembina upacara adalah Bayan Adi, yang tampil lengkap dalam kostum pejuang ala Bung Tomo dengan setelan tentara hijau tua, memberi kesan heroik. Sorot matanya serius saat memimpin upacara bendera. Dia bergerak luwes, memancarkan wibawa. Kehadirannya menimbulkan rasa hormat para peserta.
Peserta lain ada juga yang memeriahkan acara dengan beragam busana perjuangan. Ada yang mengenakan kostum tentara jaman revolusi, ada pula seragam pejuang udara. Beberapa orang kreatif mengenakan pakaian kostum perjuangan yang dipadu batik dan kemeja bak pahlawan nasional, lengkap dengan atributnya. Sementara pengurus objek wisata mengenakan pakaian berdinas rapi, seragam dinas lapangan bertuliskan River Care Cokro 18 menambah nuansa profesional.
Meskipun sederhana, pelaksanaannya berjalan khidmat. Panitia menyiapkan mimbar sederhana dan pengeras suara. Bendera Merah Putih dikerek perlahan di tiang bambu setinggi tiga meter. Suara komando “hormat” menggema di antara pepohonan, Angin lembut mengibarkan ujung kain merah putih, seolah menari bersama riak air sungai.
Pembacaan teks proklamasi menjadi momen puncak. Bayan Adi menyuarakan lantang setiap kata, kalimat itu bergema antusias. Para peserta mengikuti dengan suara bulat. Beberapa remaja bahkan sempat mencatat kata demi kata, menunjukkan kesungguhannya menghayati makna.
Saat beralih ke sambutan, pembina upacara menyisipkan petuah. Dia mengingatkan terkait perjuangan para pahlawan yang rela berkorban nyawa demi Merah Putih. Nilai keberanian, gotong royong, dan unjuk cinta tanah air ditekankan. “Semangat itu harus diteruskan di desa kita,” ujarnya. Suasana berubah hangat saat pesan menggugah hati itu disampaikan.
Kemeriahan semakin terasa lewat kuis seputar kemerdekaan, dan simbolis pemotongan tumpeng nasi kuning. Disamping itu beberapa pertanyaan sederhana seputar tema kemerdekaan atau tokoh pahlawan juga sempat mengundang gelak tawa. Anak-anak berteriak cepat ingin menjawab, sementara orang tua saling berbisik memberi petunjuk. Hadiah uang tunai menanti peserta yang tepat menjawab. Rasanya seperti lomba tanya jawab di halaman sekolah, namun lebih akrab dengan nuansa pedesaan.
Setiap jawaban benar diapresiasi dengan amplop berisi uang tunai. Senyum lebar terpancar di wajah peraih hadiah. Beberapa orang tua tampak terharu mendapat perhatian khusus. Penghargaan kecil itu membawa kebahagiaan sederhana nan tulus. Suasana penuh keakraban terlihat saat penerima hadiah bersalaman hangat dengan pembina.
Tak kalah menggetarkan, paduan suara koor menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Merdeka. Suara merdu petugas menangkap nada penuh kebanggaan. Setiap bait dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Beberapa remaja menutup mata, meneguhkan jiwa nasionalisme mereka. Gemuruh tepuk tangan menutup penampilan, membangkitkan semangat semua yang hadir.
Anak-anak kecil pun ikut berjingkrak penuh semangat. Mereka menirukan gerakan paduan suara, pakai tangan terkepal seperti pahlawan kecil. Teriakan “Merdeka!” bergema di sela sorakan. Kegembiraan polos mereka menular ke orang dewasa. Dalam sorot mata mereka, terlihat harapan untuk masa depan yang cerah.
Kekompakan warga terpancar jelas sepanjang acara. Meski berasal dari berbagai latar belakang, semua bergandengan tangan. Koordinasi panitia dan warga berjalan mulus tanpa cela. Gotong royong mempersiapkan upacara dan menyiapkan konsumsi, hingga merapikan sampah usai acara. Harmoni itu menjadi cerminan desa yang majemuk namun bersatu.
Joko Sutrisno, akrab dipanggil Joko Brewok, Ketua Rt 18 Cokro Kembang mewakili seluruh panitia menyampaikan harapan. Ia menegaskan pentingnya menumbuhkan rasa nasionalisme di setiap generasi. “Melalui upacara sederhana ini, kita kembali mengingat perjuangan pahlawan,” ujarnya. Senyum sumringah terpancar saat ia menatap barisan warga yang setia mengikuti arahan.
Di sisi lain, pelaku wisata River Care Cokro 18 merasakan ikatan baru. Kegiatan ini memupuk rasa kebersamaan di antara pengelola wahana tubing, penyedia makanan, hingga pemandu lokal. Semangat kolaborasi jadi kunci untuk mengembangkan potensi dan daya tarik wisata desa. Rasa saling memiliki menciptakan visi bersama membangun desa yang lebih baik.
Ke depannya, mereka bertekad memadukan kreativitas dengan semangat kepahlawanan. Festival budaya, lomba kreatifitas tradisional, hingga pertunjukan tari kolaboratif dirancang sebagai wujud dedikasi setiap warga. Konsep wisata berkelanjutan diusung dengan partisipasi penuh masyarakat. Tujuannya bukan sekadar meraup keuntungan, melainkan memberdayakan seluruh lapisan warga desa.
Ipunk salah seorang pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community yang juga ikut Upacara Bendera mengatakan
“Memasuki usia ke-80 Republik Indonesia, momentum ini semakin mempertebal makna kemerdekaan. Upacara bendera sederhana yang digelar di River Care Cokro 18 menjadi apel semangat bagi seluruh warga Desa Cokro Kembang, berikut segenap elemen pariwisata. Keakraban, kreativitas, dan kebanggaan berpadu membentuk energi positif. Desa kecil ini membuktikan bahwa semangat kepahlawanan tak lekang oleh waktu.” ujarnya
Ipunk menambahkan “Refleksi atas jasa pahlawan mengalir deras ke percakapan selepas upacara. Warga duduk melingkar, berbagi cerita tentang leluhur dan perjalanan perjuangan. Beberapa membacakan puisi kemerdekaan. Lainnya sembari bermain merangkai huruf “Merdeka”. Momen itu meneguhkan rasa syukur sekaligus mengingatkan tanggung jawab meneruskan cita-cita bangsa.” pungkasnya.
Ketika acara resmi usai, senyum dan tawa masih terlukis di wajah peserta. Beban sejenak terangkat oleh kekhidmatan dan kegembiraan. River Care Cokro 18 kembali normal dengan riak air dan tawa pengunjung. Namun, gema “Merdeka!” yang bergema pagi tadi akan terus menginspirasi langkah mereka.
Dengan semangat kebersamaan dan nasionalisme yang membara, Desa Cokro Kembang siap melangkah lebih jauh. Setiap detik upacara sederhana ini disulap menjadi energi untuk membangun desa dan wisata yang inklusif. Gelora kepahlawanan bertemu kreativitas, menciptakan pondasi kokoh bagi masa depan. Merdeka!”
( Pitut Saputra )