Gelaran Yupi Let’s Speak Up Kembali Menyapa Wonosari dan Juwiring
Table of Contents
KLATEN- Growmedia-indo.com
Gelombang sosialisasi anti bullying Yupi Let’s Speak Up kembali menyapa sekolah dasar di daerah Wonosari dan Juwiring dengan antusiasme tinggi. Pada hari ini, tim edukasi Yupi mengunjungi tiga sekolah sekaligus, SDN 1 Jelobo, SDN 3 Ngreden, dan SDN 2 Bulurejo, untuk menghadirkan rangkaian simulasi interaktif yang memusatkan perhatian pada pentingnya empati dan tanggung jawab sosial di kalangan murid (30/07/2025).
Di SDN 1 Jelobo, kunjungan dimulai dengan sambutan hangat dari kepala sekolah dan jajaran guru. Sesi pembuka berupa ice breaker bertema persahabatan berhasil mencairkan suasana kelas. Para siswa duduk melingkar, saling melemparkan bola kertas bergambar emosi, lalu mendiskusikan saat mereka merasa sedih, marah, atau bahagia. Melalui permainan sederhana, mereka belajar bahwa kata-kata dan tindakan kecil bisa menimbulkan luka yang tak kasat mata.
Simulasi peran di sekolah ini menunjukkan bagaimana candaan ringan bisa berubah menjadi bentuk bullying ketika melewati batas kesopanan. Seorang siswa berpura-pura menjadi korban, sementara yang lain berperan sebagai pelaku dan penonton. Adegan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, dimana murid diminta mengungkapkan perasaan mereka saat menyaksikan atau mengalami perilaku tidak menyenangkan. Banyak di antara mereka terkejut menyadari bahwa hal yang bagi sebagian orang dianggap lucu bisa sangat menyakitkan bagi orang lain.
Di SDN 3 Ngreden, fokus pertemuan bergeser ke tema empati mendalam. Tim Yupi memberikan pemahaman singkat yang menggambarkan perjalanan emosional seorang anak yang diabaikan teman-temannya. Seusai beecerita, siswa diajak berdiskusi dalam kelompok kecil. Mereka menyusun daftar tindakan konkret yang bisa dilakukan ketika melihat teman diganggu, mulai dari memberi dukungan langsung hingga melaporkan kejadian ke guru. Diskusi ini membuka wawasan bahwa setiap orang memiliki peran dalam menciptakan iklim belajar yang aman.
Lebih dari sekadar materi teoretis, murid SDN 3 Ngreden diajak simulasi memahami sebuah kisah lewat cerita teman yang pernah mereka sakiti atau yang pernah disakiti oleh mereka. Aktivitas bercerita ini memicu kesadaran dan niat baik, ada yang meminta maaf, ada yang berjanji membantu ketika melihat bullying. Cerita tersebut nantinya akan menjadi pengingat bagi murid-murid sekolah sebagai pengingat akan komitmen menjaga persahabatan.
Pada siang harinya, tim melanjutkan perjalanan ke SDN 2 Bulurejo di wilayah Juwiring. Di sini, puncak rangkaian sosialisasi dimeriahkan dengan acara ikrar bersama “Pakta Kehormatan” oleh seluruh siswa dan guru. Pakta tersebut memuat empat butir komitmen, tidak akan mengejek, tidak akan mengucilkan teman, siap membantu jika melihat bullying, dan berani melapor. Dengan tertib, dan antusias setiap murid kelas maju ke depan untuk memeriahkan yel-yel bersama anti bullying dengan spanduk besar yang berada di depannya bertuliskan stop bully ayo peduli.
Seluruh rangkaian kunjungan ini menggunakan metode belajar aktif yang melibatkan role play, diskusi, dan refleksi pribadi. Tidak ada materi yang disampaikan secara sepihak, siswa didorong untuk menyuarakan pengalaman dan ide mereka sendiri. Pendekatan partisipatif ini terbukti membuat mereka lebih kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial di sekolah.
Di balik layar, persiapan program Yupi Let’s Speak Up melibatkan kolaborasi intensif antara tim perusahaan, pihak dinas pendidikan setempat, dan pengurus sekolah. Modul edukasi disusun dengan mempertimbangkan kurikulum wajib serta kearifan lokal. Tim edukasi pelatih menjalani latihan khusus agar dapat menyesuaikan gaya penyampaian dengan karakteristik murid SD dan budaya setempat.
Dari ketiga sekolah yang dikunjungi, narasi yang paling sering muncul adalah keinginan murid untuk merasakan rasa aman saat belajar. Mereka menyatakan siap menjadi “sahabat siaga” yang tidak hanya memerangi bullying, tetapi juga mengajak teman-teman untuk tumbuh bersama dengan sikap saling menghargai. Kepedulian ini menjadi modal penting bagi sekolah dalam membangun budaya inklusif.
Respons positif juga datang dari orang tua. Sejumlah guru pendamping murid yang hadir saat sosialisasi anti bullying di SDN 2 Bulurejo yang menyampaikan rasa terima kasih karena program ini menumbuhkan kesadaran mereka akan dinamika emosional anak. Beberapa guru kemudian berinisiatif membentuk grup WhatsApp untuk berbagi pengalaman dan tips mendampingi anak menghadapi kasus bullying.
Keseriusan Yupi dalam menggarap isu sosial pendidikan ini tidak hanya berhenti pada kegiatan hari ini. Secara nasional, rangkaian serupa juga tengah digelar serentak di kota-kota besar lain di Indonesia. Upaya terpadu ini menunjukkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam mendukung terciptanya sekolah yang ramah, aman, dan penuh kasih. Bagi Yupi, investasi di sisi sosial sama pentingnya dengan inovasi produk.
Sebagai langkah lanjutan, tim Yupi Let’s Speak Up akan mengadakan kunjungan monitoring dan evaluasi ke sekolah-sekolah yang telah didatangi. Hasil evaluasi akan menjadi dasar penyempurnaan modul dan metode penyampaian. Selain itu, akan digelar webinar terbuka yang melibatkan guru, orang tua, dan tokoh masyarakat untuk memperluas jangkauan gerakan anti bullying.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Gelaran Yupi Let’s Speak Up di Wonosari dan Juwiring menorehkan babak baru dalam upaya pemberdayaan sekolah dasar. Harapannya, gerakan ini dapat menurunkan angka kasus bullying secara signifikan, sembari menumbuhkan generasi muda yang peduli, berani berbicara, dan saling menjaga satu sama lain. Gelombang kecil hari ini diharapkan menjadi awal perubahan besar bagi masa depan pendidikan yang lebih manusiawi.
( Pitut Saputra )
Posting Komentar