Sombong Adalah Penyakit Sosial dalam Manusia
Growmedia-indo.com, Surabaya - Sombong, sebuah karakteristik yang muncul dari berbagai aspek kehidupan manusia, telah menjadi penyakit sosial yang merusak hubungan antarindividu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, akan dibahas enam faktor yang sering menjadi pemicu perilaku sombong: ilmu, keturunan, kecantikan/ketampanan, kekuatan/pangkat, kekayaan, dan kenalan/rekan.
Ilmu
Pengetahuan yang luas seringkali menjadi sumber kebanggaan bagi seseorang. Mereka yang memiliki pengetahuan mendalam dalam suatu bidang tertentu cenderung merasa lebih superior dan kurang sabar dalam berinteraksi dengan orang lain yang dianggap kurang terdidik. Namun, seharusnya pengetahuan yang dimiliki menjadi alat untuk membuka pintu kesadaran, bukan sebagai alat untuk membanggakan diri.
Keturunan
Keturunan atau latar belakang keluarga sering dijadikan tolak ukur dalam menilai nilai seseorang. Orang yang berasal dari keluarga terpandang atau memiliki garis keturunan yang terhormat seringkali merasa lebih unggul dan kurang menghargai individu dari latar belakang yang berbeda. Hal ini menciptakan kesenjangan sosial yang tidak seharusnya ada dalam masyarakat yang adil.
Kecantikan/Ketampanan
Penampilan fisik yang menarik sering dianggap sebagai aset yang membuat seseorang lebih berharga dalam pandangan masyarakat. Individu yang dianggap cantik atau tampan seringkali merasa memiliki hak istimewa dan cenderung bersikap sombong terhadap orang lain yang dianggap kurang menarik secara fisik. Padahal, nilai sesungguhnya seharusnya bukanlah dari luaran semata, melainkan dari karakter dan kepribadian seseorang.
Kekuatan/Pangkat
Kekuasaan atau pangkat yang dimiliki seseorang seringkali menjadi sumber perilaku sombong. Mereka yang memiliki otoritas atau kekuatan dalam masyarakat atau organisasi cenderung merasa memiliki hak istimewa dan kurang menghargai pandangan atau kontribusi dari orang lain yang dianggap lebih rendah dalam hierarki.
Kekayaan
Kekayaan materi sering menjadi tolak ukur kesuksesan dalam masyarakat. Individu yang kaya seringkali merasa lebih unggul dan kurang peduli terhadap orang lain yang kurang mampu secara finansial. Namun, seharusnya kekayaan digunakan untuk memberikan manfaat bagi banyak orang, bukan sebagai alat untuk menunjukkan superioritas.
Kenalan/Rekan
Hubungan yang luas dengan orang-orang berpengaruh seringkali membuat seseorang merasa lebih istimewa dan cenderung bersikap sombong terhadap orang lain yang tidak memiliki kenalan atau rekan sebanyak mereka. Namun, seharusnya hubungan interpersonal bukanlah alat untuk meningkatkan ego, melainkan sebagai sarana untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain.
Dalam kesimpulan, perilaku sombong merupakan hasil dari kegagalan manusia untuk memahami nilai sejati dalam kehidupan. Seharusnya, kita belajar untuk menghargai setiap individu tanpa memandang faktor eksternal seperti ilmu, keturunan, kecantikan, kekuatan, kekayaan, atau kenalan. Hanya dengan sikap rendah hati dan penerimaan terhadap keberagaman, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.
Bambang Tri Kasmara





