Aceh, growmedia-indo.com-
Cutbang Abulis Samarkhan, cucu Abu Muhammad Dahlan Tanoh Abee dan keponakan Teungku Abdul Hafidz Tanoh Abee (Cut Fidh Tanoh Abee), menegaskan komitmennya dalam merawat naskah-naskah kuno di Zawiyah Tanoh Abee, salah satu pustaka Islam tertua di Nusantara. Dedikasi tersebut tampak saat ia mendampingi kunjungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh yang dipimpin Piet Rusdi ke kompleks Zawiyah pada Kamis, 13 November 2025.
Dalam pendampingan itu, Cutbang Abulis Samarkhan memperlihatkan koleksi manuskrip kuno yang diwariskan turun-temurun oleh para teungku Tanoh Abee. Naskah-naskah tersebut memuat literatur fikih, tasawuf, sejarah, dan ilmu-ilmu Islam yang telah berabad-abad disimpan di Pustaka Tanoh Abee. Ia juga menjelaskan proses perawatan manual yang dilakukan untuk menjaga lembaran tua tersebut tetap utuh.
Rombongan Balai diajak meninjau ruang penyimpanan naskah serta struktur penting di lingkungan Zawiyah. Cutbang Abulis Samarkhan menjelaskan sejarah peran Zawiyah sebagai pusat keilmuan dan penyebaran ilmu Islam, termasuk hubungannya dengan jaringan ulama di masa lalu. Ia menyampaikan bahwa pelestarian manuskrip menjadi tanggung jawab keluarga besar Tanoh Abee.
Selain identitasnya sebagai pewaris pustaka, Cutbang Abulis Samarkhan juga dikenal sebagai keponakan Cut Fidh Tanoh Abee, pemilik Taman Safari Gurun Putih Lestari di Kota Jantho yang memiliki koleksi langka, termasuk harimau Siberia. Hubungan keluarga ini mempertegas peran Tanoh Abee dalam menjaga warisan pengetahuan, adat, dan konservasi.
Kunjungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh menjadi penanda penting dukungan pemerintah terhadap upaya perlindungan pustaka kuno tersebut. Kehadiran tim Balai juga memperkuat kerja sama untuk mendokumentasikan, meneliti, dan menjaga keberlanjutan naskah kuno yang menjadi salah satu khazanah keilmuan Islam tertua di Indonesia.
(Ichsan)






