Prabowo Janjikan Kantor Untuk Para Mantan Presiden, PAN: Tak Begitu Penting


                 Jakarta, Grow Media Indonesia,
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyampaikan rencana Prabowo Subianto untuk membentuk Kantor Mantan Presiden, jika terpilih menjadi presiden. PAN menyebut rencana itu baik, namun belum penting, dan mendesak.
"Untuk memberi penghormatan kepada mantan presiden, bangunan kantor bolehlah. Tetapi tidak begitu penting dan mendesak," ucap Waketum PAN, Viva Yoga Mauladi, saat dihubungi, Selasa (17/10/2023).

Menurut Viva Yoga, yang penting adalah mantan presiden tidak boleh berhenti berkontribusi. Mantan presiden juga harus mengabdi dengan bidang masing-masing.

"Yang lebih penting adalah sebagai mantan presiden tidak boleh pensiun, tidak boleh berhenti berpikir dan memberi kontribusinya kepada kemajuan bangsa dan negara, melalui medan pengabdian di bidang ekonomi, sosial budaya, pertanian, politik, dan ilmu pengetahuan," katanya.

Selain itu, Viva Yoga menyebut mantan presiden dan wakil presiden adalah guru bangsa. Mereka mengajarkan tentangnilai kebaikan hingga menjadi sumber inspirasi.

"Menjadi guru bangsa itu memposisikan sebagai seorang resi atau begawan, yang selalu diliputi oleh nilai-nilai kebenaran dan menjauhkan dari nilai kebendaan dankontemporer," katanya.

"Usaha ke arah itu harus dibangun jalannya, dirintis jembatannya, agar tercipta budaya adi luhung yang selalu mengawal perjalanan bangsa ke depan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan," katanya.

Sebelumnya, Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah mengungkap janji bakal capres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto ke depan jika terpilih jadi presiden di 2024. Fahri mengungkap Prabowo berjanji akan membangun kantor untuk mantan-mantan presiden.

"Salah satu yang dijanjikan oleh Pak Prabowo ke depan adalah kita harus punya kantor bagi mantan presiden," kata Fahri dalam diskusi Adu Perspektif x Total Politik 'Medan Tempur Pasca Putusan MK', Senin (16/10/2023).

Fahri menilai mantan presiden tidak boleh dibiarkan begitu saja usai tidak lagi menjabat. Dia bicaranya perlunya perkumpulan sebagai bentuk rekonsiliasi nasional.

"Mantan presiden itu tidak boleh dijadikan terus menjadi pendulum (bandul) pertengkaran, tapi mereka adalah instrumen rekonsiliasi nasional," ujarnya.


Sumber: Detik

0 Komentar