Harga Minyak Kembali Menghangat, Israel Siapkan Serangan Darat



                     Jakarta,growmedia-indo.com-
Harga minyak dunia kembali menghangat akibat kecemasan meluasnya konflik di Palestina. Pada perdagangan Rabu (25/10/2023), harga minyak naik sekitar 2%.

Sejatinya kenaikan harga minyak bisa lebih besar lagi jika tak dihalangi persediaan minyak mentah AS yang lebih tinggi dan prospek ekonomi yang suram di Eropa. Minyak mentah berjangka Brent naik USD2,06 atau 2,34%, menjadi USD90,13 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD1,65, atau 1,97%, menjadi ditutup pada USD85,39 per barel.

Analis price futures, Phil Flynn, mengatakan, awalnya harga minyak turun di awal sesi perdagangan. Namun harga itu berbalik arah lantaran meningkatnya risiko geopolitik. 

Israel meningkatkan pemboman di Gaza selatan dan kekerasan berkobar di tempat lain di Timur Tengah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang mempersiapkan invasi darat ke Gaza. 

Menurut laporan Badan Informasi Energi (EIA), persediaan minyak mentah AS naik 1,4 juta barel pada minggu terakhir menjadi 421,1 juta. Jumlah itu melebihi kenaikan 240.000 barel yang diperkirakan oleh para analis.

Data EIA “lebih bearish karena ini merupakan perubahan besar dari data API yang ditarik ke data EIA,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, kepada Reuters, dikutip Kamis (26/10/2023). 

Data industri dari American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa menunjukkan penurunan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan.

Menambah lemahnya data ekonomi Eropa dalam beberapa pekan terakhir, data Bank Sentral Eropa menunjukkan pinjaman bank di seluruh zona euro hampir terhenti bulan lalu. Kondisi itu seakan menjadi bukti lebih lanjut bahwa blok negara 20 mungkin mendekati resesi. 

Permintaan minyak mentah bisa mendapat dorongan di China, importir minyak terbesar di dunia, yang menyetujui rancangan undang-undang untuk menerbitkan obligasi negara senilai 1 triliun yuan (USD137 miliar) dan memungkinkan pemerintah daerah menerbitkan utang baru dari kuota tahun 2024 mereka untuk meningkatkan perekonomian.

Namun Beijing juga mengambil langkah-langkah yang dapat membatasi permintaan minyak mentah, seperti menetapkan batas atas kapasitas penyulingan minyaknya sebesar 1 miliar metrik ton pada tahun 2025 untuk merampingkan sektor pengolahan minyak yang luas dan mengurangi emisi karbon.



Sumber:Sindonews

0 Komentar