Cerita Warga Terkait Persiapan Kunjungan Kerja Presiden di Bentangan Wonosari.
Daftar Isi
KLATEN-growmedia-indo.com
Makin mendekati jadwal kegiatan kunjungan kerja Presiden, areal Kopdes Merah Putih di Bentangan, Wonosari, makin bergeliat sejak beberapa hari belakangan. Panitia pelaksana dan tim teknis terus bahu-membahu mendirikan panggung megah, menata kursi tamu undangan, serta memasang tenda-tenda lipat. Suara paku tertancap, gemuruh genset, dan kerlip lampu reflektor menjadi simfoni kerja keras yang menandai kesiapan menyambut Presiden Prabowo Subianto beserta jajaran menteri dan kepala lembaga negara (20/072025).
24 jam arus lalu lintas di jalur arah Wonosari dan Pakis serta Daleman telah dialihkan. Kendaraan besar dipaksa memutar ke jalan alternatif, sementara sepeda motor dan pesepeda sementara masih diizinkan melintas di sekitar panggung utama malam tadi. Pos pengamanan kepolisian, dengan barikade dan petugas berseragam, terpasang di beberapa titik strategis. Ruang parkir tamu undangan, mulai dari sepeda motor hingga bus rombongan, telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tak menumpuk dan menyebabkan kemacetan.
Di tengah hingar-bingar persiapan, suara Bambang seorang warga sekitar lokasi Kopdes Merah Putih Bentangan Wonosari, bercerita pada awak media saat kebetulan duduk bersebelahan di warung kopi angkringan “Saya ikut berbangga desa kami dipilih untuk acara nasional mas.” ujarnya memulai pembicaraan kami, “Tapi disisi lain, warga kecil seperti kami juga jadi was-was. Kalau jalan ditutup, gimana kami cari nafkah pagi sampai sore. Saya sih berharap panitia juga memikirkan kami yang hidup dari kegiatan sehari-hari.” terangnya.
Belakangan Bambang bercerita, bahwa dirinya telah bertahun-tahun berjualan sate keliling di sepanjang jalan utama Bentangan, dan tidak menampik bahwa kehadiran Presiden bisa membawa berkah ekonomi. “Omset pedagang kaki lima kemungkinan juga naik, tamu VIP dan rombongan pejabat atau sopirnya mungkin butuh makan, kopi, dan camilan. Tapi jangan sampai kami dilewati tanpa solusi. Sepeda motor sih saat ini memang masih boleh, tapi kalau dagangan kami keliling pakai gerobak terpaksa memutar lumayan jauh, bahkan motor dan sepeda pun esok hari pasti akan dilaksanakan penutupan, pindah jalur memutar, karena sudah tidak ada tempat.” keluhnya.
Panitia sendiri memang mengantisipasi keluhan seperti itu dengan menyiapkan “beberapa jatah lahan khusus” bagi pedagang mikro, termasuk Bambang, di areal yang lumayan jauh dari panggung utama, mereka, menjelaskan, “Kami sudah koordinasi dengan Pemdes dan PKK untuk memfasilitasi pedagang lokal.
Meski Jalan utama ditutup tapi mereka masih bisa lewat jalan gang, untuk mencapai lokasi yang telah disediakan. Mudah-mudahan itu bisa sedikit membantu.”
Lebih jauh, pengalihan arus dilakukan seiring simulasi pengamanan yang melibatkan TNI, Polri, dan Satpol PP. Tiap kantong parkir sudah diberi petunjuk arah via narahubung acara. Bagi warga yang terpaksa putar balik, tersedia jalur alternatif melewati gang-gang desa dan jalan setapak sungai. Mekanisme ini dirancang agar kemacetan parah bisa diminimalkan dan warga tetap bisa beraktivitas ringan.
Meski begitu, masih banyak detail yang perlu disempurnakan. Menyusul mundurnya waktu pelaksanaan dari jadwal semula, para undangan kepala desa se-Jawa Tengah diharap hadir di hari kerja esok agar tak terhalang urusan domestik akhir pekan. Bagi mereka yang terjebak urusan mendesak, siaran virtual disiapkan via link streaming resmi. Namun sinyal di beberapa titik Bentangan sempat naik-turun, memicu keresahan akan kualitas tayangan.
Dalam catatan Bambang, “Teknologi itu penting, tapi kenyataan di desa beda. Kalau streaming putus, kepala desa yang sambil urus desa lain bisa kehilangan momen. Dirinya juga sempat bertanya tanya kenapa para petugas nggak banyak bertanya pada kami, bukankah justru kami yang paham jalan kampung. Kasihan, kalau ada kejadian darurat di rumah, susah minta tolong.” Suaranya menggambarkan kerinduan akan dialog dua arah, bukan sekadar perintah protokol.
Di balik tabir persiapan, geliat desa terasa. Kelompok tani juga telah bersiap untuk beberapa kegiatan menyambut tamu kehormatan. Forum perempuan pedesaan PKK memasang ornamen hiasan batik sebagai backdrop. Relawan muda berlatih tarik suara untuk menyambut rombongan. Semua bergerak dengan satu tekad, menata kelancaran acara dan mendemonstrasikan budaya Bentangan.
Menjelang siang ini, saat esok hari rombongan mulai tiba, seluruh mata akan tertuju pada panggung utama. Lampu-lampu sorot, karpet merah, dan barisan kursi berlapis kain putih menanti betul kehadiran Sang Kepala Negara. Bagi Bambang, hari ini lebih dari sekadar seremoni. Baginya, ini momen uji kelayakan desa, apakah kehadiran elite negara mampu menumbuhkan peluang nyata bagi warga kecil?
“Presiden datang, tahta nasional hadir,” kata Bambang menutup obrolan. “Tapi saya ingin pulang tidak sekedar bercerita tentang seremoninya, melainkan tentang bagaimana program Kopdes Merah Putih memberi pemasukan, akses pasar, dan kemudahan bagi warga kecil seperti saya.” Ekspresi harapnya menyiratkan tuntutan wajar, agar antusiasme nasional tak sekadar hingar-bingar,” melainkan benar-benar meresap hingga ke sela-sela kehidupan masyarakat kecil Bentangan.
( Pitut Saputra )
Posting Komentar