gr Demokrasi Yang Mandul: Pembungkaman Suara Mitra Ojek Online di Era Digital.


Demokrasi Yang Mandul: Pembungkaman Suara Mitra Ojek Online di Era Digital.

Daftar Isi
Demokrasi Yang Mandul: Pembungkaman Suara Mitra Ojek Online di Era Digital.

YOGYAKARTA-growmedia-indo.com

Di tengah narasi besar tentang kebebasan berbicara dan demokrasi, realitas di lapangan menunjukkan kemunduran yang semakin nyata. Sejumlah pengemudi ojek online yang hanya ingin menyampaikan aspirasi secara damai dengan mengirimkan karangan bunga ke aplikator justru mendapatkan sanksi suspend, sebuah keputusan yang menghapus hak mereka untuk bekerja dan mencari nafkah (30/04/2025).  

Keputusan sepihak ini bukan sekadar tindakan administratif biasa, tetapi simbol nyata dari demokrasi yang semakin mandul, di mana suara mitra tidak lagi memiliki nilai dalam ekosistem kerja digital.  

Menurut Wury, Ketua FOYB (Forum Ojek Online Yogyakarta Bergerak), insiden ini adalah pukulan telak bagi demokrasi, sebab mitra yang hanya ingin mengingatkan aplikator agar lebih transparan dan adil justru dianggap ancaman.  

"Mereka tidak menghancurkan fasilitas, tidak melakukan demonstrasi anarkis, hanya ingin menyampaikan bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam sistem ini. Tapi yang mereka dapatkan justru pembungkaman. Apakah ini yang disebut demokrasi?” tegas Wury.  

Alih-alih membuka ruang dialog dan menerima kritik secara sehat, aplikator justru memilih untuk menghukum mitranya dengan suspend, sebuah langkah yang semakin menegaskan bahwa kemitraan hanyalah istilah kosong tanpa keseimbangan kekuasaan.  

Karangan Bunga yang Berujung Suspend: Demokrasi atau Otoritarianisme?  



Mitra yang mengirimkan bunga hanya ingin menyampaikan pesan damai, berharap aplikator mau melakukan introspeksi terhadap kebijakan yang selama ini tidak berpihak kepada pengemudi. Mereka tidak membawa spanduk perlawanan, tidak meneriakkan tuntutan secara keras, hanya sekadar bunga yang melambangkan harapan akan perubahan.  

Namun, apa yang mereka terima? Suspend. Hukuman. Pembungkaman.  

Menurut Wury, insiden ini membuktikan bahwa hubungan kemitraan antara aplikator dan mitra masih jauh dari konsep demokrasi dan keterbukaan.  

"Jika mengirimkan bunga saja sudah dianggap sebagai pelanggaran, bagaimana kami bisa percaya bahwa ada ruang untuk berkomunikasi dengan aplikator? Ini bukan kemitraan, ini sistem satu arah di mana suara kami tidak pernah diperhitungkan." 

Suspend: Senjata Pembungkaman, Bukan Regulasi  

Suspend terhadap mitra bukan hanya menghilangkan akses mereka terhadap aplikasi, tetapi juga memukul perekonomian pribadi mereka dengan sangat keras.  

Menurut Wury, tindakan ini bukan sekadar sanksi administratif, tetapi lebih dari itu, cara korporasi untuk menekan dan membungkam suara mitra.  

"Kami berada dalam posisi yang lemah. Tidak ada perlindungan hukum yang jelas bagi kami. Tapi hukuman suspend terhadap mereka yang hanya ingin menyampaikan aspirasi dengan cara damai adalah bentuk pembungkaman yang tidak bisa lagi ditoleransi." ujarnya  

Jika pola ini terus berulang, maka hubungan antara aplikator dan mitra hanya akan semakin otoriter, di mana mitra diperlakukan seperti robot tanpa hak bersuara.  

GARDA Solo Raya: Demokrasi yang Kian Mati dalam Ekosistem Digital  

Senada dengan FOYB, GARDA Solo Raya juga mengecam keras tindakan suspend terhadap mitra yang hanya ingin menyampaikan aspirasi.  

Menurut Djoko Saryanto, Juru Bicara GARDA Solo Raya*, tindakan ini bukan hanya sekadar keputusan sepihak dari aplikator, tetapi bukti nyata bahwa demokrasi dalam ekosistem transportasi online sedang sekarat.  

"Jika menyampaikan aspirasi dengan bunga saja dianggap sebagai ancaman, maka ini bukan lagi demokrasi, tetapi sistem yang penuh ketakutan dan pembungkaman. Ini mirip dengan masa-masa kelam dimana kekuasaan hanya berjalan satu arah." 

Djoko menambahkan bahwa gig worker dalam ekosistem digital masih berada dalam posisi yang sangat rentan, di mana mereka bisa kehilangan pekerjaan hanya karena berani berbicara.  

"Kami tidak ingin demokrasi dalam dunia kerja digital berubah menjadi otoritarianisme terselubung. Suspend terhadap mitra ini bukan sekadar hukuman, ini adalah peringatan bahwa siapapun yang mencoba bersuara akan dibungkam."  

GARDA Solo Raya bersama FOYB dan komunitas pengemudi transportasi online di berbagai daerah menyerukan perlawanan terhadap sistem yang semakin menekan kebebasan berekspresi mitra.  

Demokrasi yang Mandul dan Kewajiban Melawan 



Suspend terhadap mitra yang mengirimkan bunga bukan hanya persoalan internal antara pengemudi dan aplikator, tetapi pertanda bahwa demokrasi dalam ekosistem kerja digital semakin sekarat.  

Jika sistem ini terus dibiarkan, maka gig worker tidak akan memiliki masa depan yang lebih baik. Mereka akan terus bekerja dalam ketakutan, sebab satu kritik saja bisa membuat mereka kehilangan akses terhadap aplikasi dan mata pencaharian mereka.  

Menurut FOYB dan GARDA Solo Raya, ini adalah titik balik perjuangan. Jika demokrasi terus dikebiri, maka hanya ada satu jalan yang tersisa: melawan.  

“Kami tidak akan diam. Kami tidak akan tunduk pada sistem yang terus membungkam suara kami. Jika demokrasi dalam ekosistem kerja digital sudah mati, maka kami akan menghidupkannya kembali dengan perjuangan.” Wury, Ketua FOYB Yogyakarta  

“Kita tidak bisa membiarkan masa-masa kelam kembali terulang di era digitalisasi ini. Jika suara kita dibungkam, maka kita hanya tinggal menunggu waktu untuk ‘dihilangkan’. Hanya satu kata: lawan!” tegas Djoko Saryanto, GARDA Solo Raya  

Hingga berita ini diturunkan, pihak GRAB Yogyakarta masih belum memberikan konfirmasi resmi pada awak media, terkait insiden ini. Beberapa perwakilan driver juga telah menanyakan terkait suspend tersebut namun pihak Management GRAB di Semarang justru malah mengelak.

( Pitut Saputra )

Posting Komentar